ADA ASING, ASENG & ASONG DIBALIK KENAIKAN HARGA BBM

(LINGGA POS) – Cengkeraman asing, aseng dan asong terhadap sendi-sendi perekonomian Indonesia kini semakin kuat. Termasuk pengaruh mereka terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Indonesia kini, nyaris sudah tidak bisa berbuat apa-apa dalam mengolah sumber daya alam (SDA)-nya sendiri karena besarnya penguasaaan asing di sektor pertambangan batubara, emas dan minyak bumi. Sekitar 40 juta hektar tanah dan lahan kita yang sebagian diantaranya sudah menjadi perkebunan kelapa sawit juga dikuasai investor asing. Mereka juga menguasai 60 persen industri strategis Indonesia seperti perbankan, telekomunikasi, elektronik, asuransi dan pasar modal.  
Dengan adanya kenaikan harga BBM subsidi, maka pemerintahan Jokowi-JK benar-benar telah memberikan keleluasan asing menguasai minyak di sektor hilir. Jika selama ini mereka menguasai sektor hulu, dengan naiknya harga BBM, SPBU-SPBU milik perusahaan asing akan menjadi lebih laku karena disparitas harga dengan SPBU Pertamina sudah tidak besar lagi. Demikian dipaparkan Ketua Majelis Jaringan Aktivis Prodemokrasi (Prodem) Desmond J. Mahesa dalam pidato politiknya di Jakarta, Senin (10/11).
   Dia mengkhawatirkan, tren penguasaan asing itu akan semakin meningkat seiring dengan pemberlakuan tatanan ekonomi global yang akan menghilangkan sekat-sekat antarbangsa. Sepintas, masuknya investor asing menguntungkan karena membawa modal, teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun, jika tidak hati-hati dan waspada, kehadiran mereka yang tak terkendali akan menyingkirkan pengusaha lokal skala kecil dan menengah termasuk di bidang waralaba makanan-minuman dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Bahayanya lagi, kekuatan asing itu bukan hanya akan mengendalikan sektor ekonomi, tetapi juga dapat mengendalikan rezim yang berkuasa (Jokowi-JK) serta mengendalikan regulasi sampai kepada kebijakan tingkat mikro. Asing, dengan modalnya akan menancapkan kukunya dalam berbagai sektor di tanah air, tak lepas tentunya dari dukungan kelompok Aseng dan Asong.   Lanjut dia, mengutip istilah Kwik Kian Gie saat mengkritik mega skandal BLBI, makna Aseng itu tertuju kepada penguasa keturunan yang terlibat mafia bisnis di sekitar kekuasaan (rezim yang berkuasa, red) sehingga sering disebut juga sebagai ‘konglemerat hitam’. Lalu, siapa Asong? Mereka adalah yang mengasong negeri ini bagaikan tukang asongan yang menjual negara ini dengan proposal bisnis, proposal politik dan proposal lainnya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Asong, bisa berbentuk penguasa yang menjadi boneka, alias birokrat yang memperlancar kepentingan asing, bisa intelektua, lsm atau oknum tentara yang pro pemodal, sekalipun harus melawan kepentingan rakyat.   “Karena itu saya ajak para aktivis pro demokrasi untuk bersatu melawan kolaborasi asing, aseng dan asong yang nyata-nyata melemahkan kedaulatan bangsa di berbagai bidang, termasuk mengkritisi para pejabat negeri ini yang cenderung mempraktikkan mazhab neoliberal. Mereka lebih suka mengimpor barang dari luar negeri daripada memproduksi sendiri, sehingga beras dan produk pertanian pun harus diimpor.” paparnya. (kap,rin,ris/pi)

Kategori: NASIONAL Tags: , , , ,
Topik populer pada artikel ini:

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.