2011, 66 JURNALIS TEWAS, 1.044 DITAHAN

Dabo, LP(24/12) – Tahun ini sedikitnya 66 jurnalis di seluruh dunia terbunuh saat menjalankan tugas. Banyak diantara mereka yang tewas saat meliput wilayah-wilayah yang bergejolak, seperti revolusi di sejumlah negara Arab, kejahatan geng di Meksiko, atau kisruh politik di Pakistan. Menurut kelompok Wartawan Tanpa Batas (RSF), jumlah serupa juga terjadi di Amerika Latin dimana tingkat kekerasan meninggi. Dilansir dari kantor berita Reuters, Pakistan menjadi negara yang paling berbahaya bagi parj jurnalis selama du tahun terakhir. Sepuluh wartawan tewas di sana, sebagian besar karena di bunuh.

Sekitar 1.044 jurnalis juga ditahan tahun ini saat meliput aksi protes yang terjadi di Arab hingga Yunani dan AS. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu. “Dari Tahrir Square di Kairo sampai ke Khuzdar di Pakistan Barat Daya, dari Mogadishu hingga kota-kota di Filipina, resiko bekerja sebagai jurnalis saat politik tengah labil lebih tinggi dibandingkan periode manapun di 2011,” kata RSF. Disebutkan juga China, Iran dan Eritrea sebagai negara yang banyak memenjarakan jurnalis tanpa merinci jumlahnya. Selain itu, masih RSF, 10 lokasi yang dinilai paling berbahaya bagi jurnalis. Diantaranya adalah Abidjan, Pantai Gading, dimana setidaknya dua jurnalis tewas dalam kerusuhan pemilu, Tahrir Square, Kairo para jurnalis diserang pendukung Hosni Mubarak sebelum mengundurkan diri Februari lalu.

Tempat-tempat yang penting pada Revolusi Arab seperti Dernaa, Homs, dan Damaskus di Suriah yang masih bergolak sampai hari ini, Change Square di Sanaa, Yaman, serta basis kelompok pemberontak Libya di Misrata juga masuk dalam daftar. Tahun lalu, 57 jurnalis di seluruh dunia tewas terbunuh. Namun tahun terburuk bagi para jurnalis terjadi pada 2007, dimana Perang Irak menyebabkan 87 jurnalis tewas.

Di Indonesia hingga Oktober 2011, Dewan Pers mencatat setidaknya ada 57 kasus kekerasan terhadap jurnalis (pada 2010, 66 kasus). Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus Sudibyo mengatakan dalam konferensi Pers di Gedung Pers, Jakarta, Jumat (16/12), meski angkanya turun, tapi masih cukup tinggi, sehingga indeks kebebasan pers di Indonesia belum mengalami kenaikan. (jk,eh,vvn)

Kategori: MANCANEGARA Tags: 
Topik populer pada artikel ini:

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.