X

Khazanah Melayu : DEMOKRASI DALAM TRADISI POLITIK ISLAM-MELAYU

Dabo, (LINGGA POS)

Konsep Musyawarah Mufakat.
Tentu saja, kendati banyak dipengaruhi unsur Islam, fenomena bentuk pemerintahan dunia Melayu seperti ini tidak bisa serta merta dianggap sebagai citra dari sebuah pemerintahan ala Islam, yang komunitasnya terikat dengan hukum-hukum syariat. Kenapa ? Karena Islam yang dirujuk pun bersifat menyeluruh secara historis, dunia politik Melayu juga memiliki akar-akar yang kuat dengan tradisi pemerintahan yang berpusat pada raja atau penguasa telah muncul, paling tidak dalam bentuk embrionya. Oleh karenanya tidak heran jika struktur seremonial negara Islam Melayu, gelar-gelar, dan ritual-ritual yang memperlihatkan pencapaian duniawi dan spiritual dari elit dan masyarakat Melayu, seringkali juga memiliki silsilah dan keterkaitan dengan tradisi masa pra Islam.

Perilaku Politik Raja Penguasa Melayu.
Dengan penjelasan ini, satu hal dapat dipastikan, betapa tidak mudah untuk mencari benang merah antara nilai-nilai dalam sistem demokrasi yang meniscayakan beberapa parameter tertentu dengan tradisi politik Islam Melayu tersebut. Masih dalam hal hubungan antara raja dengan rakyat misalnya, kendati posisi raja sangat dominan, namun tradisi politik Melayu juga mengenal pola hubungan raja dengan rakyat yang dalam beberapa hal, bisa disebut sebagai satu mekanisme kontrak antara dua pihak yang berkepentingan. Kendati memang sangat simbolik, teks sejarah Melayu dalam beberapa bagian menekankan adanya kewajiban raja dan rakyat untuk tidak saling merusak posisi masing-masing. Dalam kaitan inilah, wacana politik Melayu selanjutnya memperkenalkan konsep musyawarah, yang juga diadopsi dari tradisi politik Islam, sebagai aturan dalam sistem perilaku politik raja dan penguasa Melayu.

Alhasil, melacak akar-akar demokrasi dalam tradisi politik Islam Melayu, tak ubahnya bagai mencari sesuatu yang hitam dalam gelap: ada, tetapi tidak gampang mencarinya. Yang harus menjadi catatan penting kita adalah, betapa pengalaman telah menunjukkan bahwa perumusan sistem pemerintahan, apapun bentuknya ternyata dihasilkan melalui persentuhan antara budaya yang pernah ada dengan sesuatu yang datang kemudian. Jadi, kendati kita pernah memiliki pengalaman yang rada-rada gelap dalam hal berdemokrasi, tetapi sekarang kita sedang banyak bersentuhan dan dengan sendirinya bisa belajar dengan nilai-nilai demokrasi itu. Masalahnya, kita mau atau tidak ? (oman fathurahman,km).

Categories: KOLOM