X

Khazanah Melayu : Adat Resam Melayu, ANTARA YANG DITINGGALKAN dan MASIH DIPAKAI (3)

(LINGGA POS) – BERSUNAT/KHITANAN : Bersunat atau khitanan pada masa sekarang kurang dijalankan dengan mengadakan kenduri dan perhelatan yang semarak seperti zaman dahulu. Meskipun ada juga masyarakat yang mengerjakannya dengan berkenduri dan meriah. Apabila umur anak si ibu bapa Melayu telah masuk lebih kurang 10-12 tahun maka telah ditetapkan hari untuk melaksanakan khitanan kepada sang anak. Lalu diberi tahu atau dijemput dengan lisan kepada saudara mara, sahabat-handai serta jiran sekampung, laiknya seperti melaksanakan perhelatan pernikahan. Bila sampai harinya, pada sebelah petang atau malamnya mulalah anak lelaki (bujang) yang hendak dikhitan dimandikan, diandam dan dipakaikan dengan pakaian yang indah seperti pakaian pengantin. Kemudian anak yang hendak disunat dibawa duduk di atas kursi atau pelaminan atau diarak keliling masjid atau mushola jika disertakan dengan si anak khatam Al Quran. Si anak bersila di atas tikar dibelakang pelaminan berhadapan dengan tamu undangan dengan membaca surah-surah penghabisan di dalam kitab suci dengan suara yang keras dan berlagu, didampingi guru ngaji atau ustad. Kemudian bunga-bunga telur yang telah dihias khusus menyemarakkan hajat itu diberikan satu persatu kepada tetamu yang hadir. Bila waktunya tiba, acara kitanan pun dimulai. Si anak diletak di atas pohon pisang dan tempurung kelapa yang telah ditaruh abu dapur dipakai untuk menampung ujung kulit kemaluan yangtelah disunat. Dimana eksekusi khitanan dilakukan serentak dengan pemotongan seekor ayam jantan. Ayam itu nantinya adalah sebagai lauk si anak selama dalam masa kesembuhan dimana ayam tersebut dipanggang begitu saja. Ini bermaksud agar si anak tetap sehat dan tidak boleh pula turun ke tanah selama tujuh hari hingga sembuh. (km)

bersambung ….