X

Khazanah Melayu : LAKSAMANA HANG TUAH, SANG PAHLAWAN MELAYU

(LINGGA POS) – Semua dari kita mengenal Hang Tuah dari buku pelajaran sejarah nasional. Bersama dengan Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu dan Hang Kesturi, yang dikenal sebagai lima serangkai ksatria perkasa dan tangguh pada abad ke-15. Nama Hang Tuah sudah banyak diabadikan sebagai nama jalan di kota-kota besar di Indonesia. Namanya juga dihormatkan di salah satu perguruan tinggi di Surabaya (Universitas Hang Tuah) dan kapal penjelajah (frigate) TNI Angkatan Laut, KRI Hang Tuah. Jika nama Hang Tuah banyak ditulis dalam buku pelajaran sejarah Indonesia, agaknya terasa janggal hal ini dinilai karena Hang Tuah dan ke-4 sahabatnya itu dalam catatan sejarah selama ini tak pernah berkiprah di kerajaan atau kesultanan di Indonesia untuk melawan penjajah. Hang Tuah menjadi Laksamana pada masa Sultan Malaka, Mansyur Syah, dimana dia dikenal adalah sebagai tangan kanan sultan yang amat loyal dan setia yang terkenal dengan sumpahnya, ‘Tak Melayu Hilang di Bumi’. Itulah kiranya antara lain dia mendapat tempat yang sangat terhormat sebagai pahlawan bangsa Melayu. Namun, apakah Hang Tuah memang benar-benar pahlawan Melayu yang berasal dari tanah Melayu seperti yang kita ketahui selama ini? Siapa orang tuanya dan dimana ia dilahirkan? Hal itu masih menjadi polemik sampai saat ini. Salah satu hasil kajian para pakar arkeologi dan sejarah dari Amerika,Inggris, Jerman, Rusia dan Kanada menyebutkan bahwa Hang Tuah, secara ‘etnis’ bukanlah berasal dari bangsa Melayu, melainkan berasal dari Tiongkok (China). Kisahnya, Hang Tuah dan kawan-kawannya (dkk) sebenarnya dikirim oleh Kaisar Tiongkok sebagai bentuk kerjasama persahabatan dengan kesultanan Malaka dalam rangka menghambat agresi kesultanan Siam (Thailand).

HANG TUAH = HAN TOO AH. 

Argumentasi bahwa Lima Serangkai ini adalah dari ras Tiongkok antara lain bahwa mereka berlima pernah mengalami masa untuk mempelajari bahasa dan adat istiadat Melayu. Ini diperkuat misalnya dengan nama ‘HANG’ yang dalam budaya Melayu tidak lazim dipakai. Nama Hang yang diletakkan di depan (sur name) sepadan dengan cara penamaan dalam budaya Tiongkok sebagai nama marga, yang dalam hal ini dilafalkan dengan ‘HAN’ (marga dari Han). Hipotesa yang dikembangkan dengan nama sang Laksamana Hang Tuah, ditengarai sebagai ‘pe-Melayu-an’ dari namanya yang sebenarnya HAN TOO AH (Hang Tuah) dan nama sahabatnya seperti  HAN TZE FAT (Hang Jebat) dan atau HAN LEE KIE (Hang Lekiu) dan seterusnya. Ini diperkuat pula dengan fakta sejarah bahwa Sultan Mahmud Syah menikah dengan putri Kaisar Tiongkok bernama Han Li Po. Kemungkinan ini memang merupakan strategi kekaisaran Tiongkok masa itu untuk mengekalkan keberadaan mereka dan lebih mempererat tali silaturahmi antara keduanya. Dan, bersama dengan kedatangan putri atau permaisuri Han Li Po itu, Hang Tuah dkknya ikut bergabung sebagai ‘penasehat militer’ dan mengabdikan diri di Kesultanan Malaka.

Sebaliknya, ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa Hang Tuah berasal dari Makassar (suku Bugis) yang dihadiahkan oleh penguasa Kerajaan Goa kepada Sultan Malaka atas dasar rasa persaudaraan kedua kerajaan. Konon, nama asli Hang Tuah itu adalah Daeng Merupuah seperti yang tertera dalam kitab Sulatussalatin. Hipotesa lainnya lagi berpandangan kisah Hang Tuah dkknya hanya sebuah mitos belaka. Ia hanya cerita fiksi dan bukan fakta sejarah yang benar-benar terjadi. Hal ini yang dianggap kontroversial ini tentu saja ditampik oleh yang berpandangan sebaliknya. Indonesia dan Malaysia yang dikenal sebagai negara serumpun, sama-sama mengklaim bahwa Hang Tuah adalah berasal dari negara masing-masing, mengingat pula keduanya memang pernah berada dalam situasi satu kerajaan dalam kebesaran imperium Melayu pada masa lalu. (jk,kks)

Categories: KHAZANAH MELAYU