Khazanah Melayu : HANG TUAH KESATRIA MELAYU (Bagian III)

Dabo (LP) – Sepeninggal Hang Tuah, sahabatnya Hang Jebat lupa diri dan menjadi mabuk kekuasaan. Ia bertindak sewenang-wenang. Bertindak tidak sopan terhadap para pembesar kerajaan, apalagi terhadap dayang-dayang dan rakyat jelata. Konon, dia berbuat demikian karena kecewa terhadap Baginda Raja yang telah mengusir Hang Tuah dari kerajaan Melaka. Banyak orang yang telah memberikan nasihat dan fatwa tapi Hang Tuah tak berganjak dari berbuat angkara. Bahkan bujukan dari sahabatnya Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu tiada pula ditampiknya. Dia tetap keras kepala dan tetap berbuat onar dengan berbagai perbuatan durjana. Tentu saja, Baginda Raja menjadi gusar melihat tingkah laku Hang Jebat yang semakin menjadi-jadi. Apatah lagi, tak seorang pun yang sanggup dan mampu mengalahkan Hang jebat. Banyak yang sudah menjadi korban. Para pendekar dan perajurit istana pun tak kuasa mengalahkannya. Akhirnya, Baginda lalu teringat kepada Laksamana Hang Tuah. Gayung bersambut, kembali Tuan Bendahara bercerita yang sebenarnya bahwa Hang Tuah tiada dibunuh, namun mengungsi ke Hulu Melaka. Baginda dengan teramat sangat menitahkan Tuan Bendaha kembali menjemput Hang Tuah, dengan maksud dapat menghentikan tindakan tercela Hang Jebat yang durhaka. Kesetiaan tiada tara kepada kerajaan Melaka, membuat Hang Tuah bersedia kembali ke istana.

Kedua sahabat yang lama berpisah akhirnya bertemu, namun dalam suasana berbeda. Tak ada jalan lain, keduanya saling menunjukkan kedigjayaanya. Dengan keris pemberian Baginda Raja bernama Purung Sari, Hang Tuah berlaga dengan Hang Jebat yang punya kekuatan mumpuni, karena keris sakti Tameng Sari berada ditangannya. Ironis, dua sahabat bertarung sampai mati. Yang satu karena setia, yang lainnya karena mendurhaka kepada Baginda Raja. Pertempuran yang sangat hebat, apatah lagi Hang Jebat memperoleh kesaktian ganda dari keris Tameng Sari yang pernah dimiliki Hang Tuah. Namun, pada akhirnya yang salah, pasti binasa. Keris Taming Sari dapat direbut Hang Tuah, dan menusuknya ke tubuh sahabatnya Hang Jebat. Jebat pun mati berkalang tanah oleh sahabatnya sendiri dan menghabiskan nafas penghabisan dipangkuan Laksamana Hang Tuah.

Setelah kematian Hang Jebat, kerajaan Melaka kembali aman sentosa. Hang Tuah kembali menyandang gelar Laksamana Melaka. Pada tahun-tahun itu kerajaan Melaka menjadi negeri yang tentram dan ramai dengan kegiatan perdagangan antarbangsa. Laksamana Hang Tuah sering melawat ke negeri Judah, dan negeri Rum untuk memperluas pengaruh kerajaan Melaka di seluruh dunia.

Baginda Raja suatu ketika berkenan mengirimkan utusan dagang ke kerajaan Bijaya Nagaram di India, dan tentu saja, Laksamana Hang Tuah-lah yang memimpin duta kerajaan. Armada yang dipimpin Hang Tuah sempat melanjutkan perjalanan usaha dan muhibahnya itu setelah dari India ke negeri Cina. Di sana mereka rupanya mendapat perlakuan yang kurang baik dan berselisih dengan orang-orang dari Portugis di pelabuhan negeri Cina. Orang-orang Portugis yang ….

(Bersambung….)

Kategori: KOLOM Tags: , , , ,
Topik populer pada artikel ini: cerita hang tuah kesatria melayu, fatwa hang tuah

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.