Khazanah Melayu : BAHASA MELAYU = BAHASA INDONESIA (2)

Oleh : Drs Abdul Malik, MPd (Pemerhati Kebudayaan Kepri)

Dabo, (LINGGA POS) – Nyatalah bahwa bahasa Melayu (Kuno) sudah tersebar luas di Asia Tenggara sejak abad ke-7 karena digunakan sebagai bahasa resmi Kemaharajaan Sriwijaya. Itulah sebabnya, bahasa Melayu mampu menjadi lingua franca di Asia Tenggara. Masa Sriwijaya itu dikenal sebagai tradisi Melayu-Budha dengan peninggalannya berupa prasasti-prasasti di Kedukan Bukit, Palembang (tahun Saka 605=683 M). Di Talang Tuwo, Palembang (tahun Saka 606=86g M), di Kota Kapur, Bangka (tahun Saka 608=686 M), di Karang Berahi, hulu sungai Merangin (tahun Saka 608=686 M). Semua prasasti itu menggunakan huruf Pallawa (India Selatan) dan bercampur dengan kata pungut dari bahasa Sansekerta.
Setelah masa kegemilangan dan kecermelangan Sriwijaya meredup, pusat tamadun Melayu berpindah-pindah. Perpindahan itu dimulai dari Bintan, Malaka, Johor, Bintan, Lingga dan Penyengat Indrasakti.

Kerajaan Melayu Bintan – Temasek.
Antara abad ke-12 hingga ke-13 berdirilah kerajaan Melayu di Selat Malaka. Kerajaan Melayu tua itu dikenal dengan nama Kerajaan Bintan. Temasek, yang wilayah kekuasaannya meliputi Riau dan Semenanjung Tanah Melayu.

Sesudah masa Bintan Temasek inilah termasyhur pula Kerajaan Malaka. Pada awal abad ke-15 Kerajaan Malaka sudah menjadi pusat perdagangan dunia di sebelah timur yang maju pesat. Para saudagar yang datang dari Persia, Gujarat, dan Pasai-sambil berniaga-juga menyebarkan agama Islam di seluruh wilayah kekuasaan Malaka. Tak hanya itu, mereka pun menyebarkan bahasa Melayu, karena orang tempatan yang mereka kunjungi tak memahami bahasa para pedagang itu, begitu pula sebaliknya. Jalan yang ditempuh ialah menggunakan bahasa Melayu. Bersamaan dengan masa keemasan Malaka ini, dimulailah tamadun Melayu Islam.

Pada masa kejayaan Malaka itu bahasa dan kesustraan Melayu turut berkembang. Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi kerajaan, bahasa perdagangan, bahasa ilmu dan pengetahuan, disamping bahasa perhubungan sehari-hari. Bahasa Melayu yang berkembang pada zaman Malaka ini disebut bahasa Melayu Malaka. Malangnya, pada 1511 kerajaan ini dapat ditaklukkan oleh Portugis dan lebih tragis lagi, khazanah kebudayaan zaman Malaka musnah terbakar ketika terjadi penyerbuan oleh penjajah itu. Sultan Mahmud Syah berundur ke Pahang, lalu mendirikan pusat kerajaan Melayu di Bintan pada 1513, dengan wilayahnya meliputi Indragiri, Siak, Kampar, Rokan, dan lain-lain. Kota Bintan juga diranapkan Portugis pada 1526 sehingga Sultan Mahmud beredar ke Kampar hingga beliau meninggal di sana. Dengan demikian, Sultan Mahmud merupakan raja terakhir dari Imperium Melayu Malaka, yang sekaligus pula menjadi Sultan pertama Kerajaan Riau-Johor. (km) bersambung …

Kategori: KOLOM Tags: , , , , ,
Topik populer pada artikel ini:

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.