Dabo, (LINGGA POS) – Skip Arab yang diadaptasi oleh bahasa Melayu untuk pengerjaannya seperti yang berkembang selama ini, selain disebut dengan nama Arab Melayu, juga dengan istilah Jawi (Jawo menurut istilah Aceh, Pegon dalam istilah Jawa). – Tidak diketahui siapa orang yang memperkenalkan istilah Jawi. Kata Jawi dalam bahasa Melayu (Malaysia) merupakan nama sejenis tetumbuhan, yaitu pokok Jawi-jawi atau Jejawi dan pada penambahan jenis Beras Jawi (beras yang berbeda dengan beras pulut). Kata Jawi juga dikenal dalam bahasa Minang/Kampar untuk menyebut kerbau. Kesemua istilah ini tidak ada hubungan dan kaitannya dengan penamaan Aksara Jawi. Begitu juga dikatakan bahwa Jawi merupakan perkataan Arab dari kelas kata ajektif terbitan dari kata (nama) Jawa, dengan maksud (tulisan) yang berkaitan dengan suku/orang/pulau Jawa.
Hal ini tidak logis, karena Aksara Jawi sudah wujud dan digunakan di wilayah Sumatera dan Semenanjung Malaya, jauh sebelum orang/pulau Jawa memeluk agama Islam (883 H/1468 M).
Omar Awang, menegaskan kemungkinan perkataan Jawi berasal dari perkataan Arab al-Jawwah untuk menamakan pulau Sumatera (seperti nama lainnya menurut versi Arab adalah : Yaqut dalam Mu’jan al-Buldan, Abu al-Fida’ dalam Taqwim al-Buldan dan Rihlat Ibn Batutah) yang pernah digunakan dalam catatan (bertulisan Arab) sebelum pertengahan abad ke-14 M. Fakta ini menunjukkan satu kemungkinan yang kuat bahwa istilah Jawi berasal dari orang Arab untuk merujuk skrip ejaan yang digunakan oleh orang Sumatera (penduduk al-Jawwah) yang beragama Islam dan menggunakan bahasa Melayu.
W. Marsden dan G. H. Erndly mengutip pendapat Marco Polo yang mengatakan bahwa perkataan Jawa/Jawi merupakan nama lain pulau Sumatera pada zaman dulu (ketika penduduk pulau ini telah memeluk Islam). Marsden menyebutkan keterangan yang dibuat oleh Raffles, perkataan Jawi bagi orang Melayu bermakna kacukan (mixed or crossed), seperti dalam ungkapan anak Jawi bermakna anak kacukan (bapak Keling dengan ibu Melayu). Dengan demikian timbul istilah Jawi peranakan (peranakan Melayu).
Merujuk pendapat Wilkinson, istilah Jawi maksudnya adalah Melayu, misalnya dalam ungkapan “jawikannya” yang bermakna “terjemahkan ke dalam bahasa Melayu”. Termasuk pula dalam bahasa tulis maka maknanya “salin ke dalam bahasa Melayu”. Hal ini diperkuat dari data seperti yang terdapat dalam kitab Seribu Masalah, sebagaimana penggalan kutipan berikut : ” …. yang daripada bahasa Parsi…. dipindahkan kepada bahasa Jawi (tulisan Melayu maksudnya tulisan Arab Melayu, penulis) …. yang menyurat ini ….. Muhammad Mizan ibn Haji Khatib Taha …. bangsanya al-Jawi (Melayu) Palembani negerinya ….”.
Malek Bennabi membagi zona bangsa/budaya umat Islam di dunia ini terdiri dari lima zona yaitu Arab, Mesir, Persia, Melayu dan Turki. Maka dalam hubungannya dengan peristilahan Jawi, istilah Jawi dengan makna Melayu adalah sebagai lawan (kata) bagi istilah Arab/Parsi. Berarti bangsa Jawi bermaknalawan (kata) dari bangsa Arab/Mesir/Persia/Turki, begitu juga bahasa dan tulisan Jawi merupakan lawan dari bahasa dan tulisan Arab/Mesir/Persia/Turki.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud tulisan Arab Melayu atau Jawi adalah bahasa Melayu yang ditulis dengan menggunakan skrip (huruf dan tulisan) Arab. (ahmad darmawi,km)