Syiar Islam : APA BOLEH YAHUDI BERDOA di MASJID AL-AQSA?

Yerusalem Timur (LINGGA POS) – Kontroversi masalah kaum Yahudi yang meminta parlemen Israel, Knesset, untuk membolehkan mereka beribadah di komplek Masjid Al-Aqsa, mendapat tentangan keras dari umat Islam di Palestina. “Tidak disyak lagi, masalah ini berpotensi akan memprovokasi warga biasa bereaksi keras dibanding masalah lainnya,” ujar Ihab Bsiso, Kepala Kantor Urusan Media, pemerintah Palestina di Ramallah, Tepi Barat Sungai Yordan, tulis Al Jazeera, Rabu (12/11). Jika Israel tetap ngotot, lanjut Bsiso, berarti pemerintah Israel benar-benar bermain api. “Israel harus mengendalikan nafsunya,” tambahnya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, “Saya setuju. Masalah ini sangat sensitif dan bisa memicu ledakan besar. Saya percaya draf-draf yang membolehkan orang Yahudi berdoa di situs suci itu tak bakal lolos. Pemerintah dan Perdana Menteri Israel menyadari potensi keputusan ini,” katanya. Tetapi beberapa pekan lalu, sebagian besar para cerdik pandai Palestina menampik kemungkinan warga Palestina akan bergolak dalam waktu dekat. Namun, draf undang-undang  yang membolehkan orang Yahudi berhak berdoa di lapangan terbuka di Masjid Al-Aqsa membuat para pengamat tergerak meninjau kembali draf yang masih dibahas di Knesset dan harus merujuk pada ‘waktu dan ruang’ bagi orang Yahudi yang berharap bisa bersembahyang di sana. Haram al-Sharif, atau ‘tempat suci’ sudah menjadi tempat khusus bagi umat Islam sejak orang-orang Arab menduduki Palestina pada abad ke-7. Namun, Masjid Al-Aqsa itu dibangun di atas Kuil Gunung (Temple of Mount), salah satu situs suci orang Yahudi. Disitulah, letak permasalahannya.

DI KUASAI SULTAN SALADIN.

Sejak Israel menduduki Jerusalem pada 1967, tempat suci ini menjadi saksi beberapa kejadian provokasi. Pada 1969, mimbar indah Masjid Al-Aqsa pernah dibakar oleh Denis Michael Rohan, seorang zionis-kristen asal Australia. Ia merasa, Yerusalem dikuasai oleh Sultan Saladin setelah menang dalam Perang Salib melawan Romawi pada 1187. Pada 1982, Alan Goodman, tentara Israel keturunan Yahudi Amerika memberondong orang-orang yang sedang shalat di Kubah Batu dan membunuh dua orang serta melukai 11 orang lainnya. Lalu, pada tahun 2000, pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon mengunjungh Kuil Suci beserta 1.000 polisi yang ngotot mengatakan situs suci ini “tetap di tangan kami (Israel)”, ini provokasi yang memicu perang batu (intifada) kedua.

Kaum Muslimin memandang ulah para zionis di situs suci itu merugikan mereka dan termasuk menyerang keyakinan mereka sendiri. Sheikh Muhammed Hussein menganggap, perusakan Masjid Al-Aqsa sama saja dengan merusak Kabah di Mekah. Orang-orang Israel juga menyebut situs ini sebagai tempat suci. Hingga beberapa tahun lalu, Kepala Rabbi (ulama) di Israel mengeluarkan fatwa yang melarang kaum Yahudi berdoa atau bahkan berjalan di Kuil Gunung. Mereka hanya bokeh berdoa di ‘tembok luar’. Tetapi belakangan, Pusat Rabbi sepertinya melanggar aturan itu. Namun juru bicara Kepala Rabbi menyangkal ada perubahan kebijakan terkait larangan beribadah di titik suci umat Islam ini. “Itu  (peraturannya) masih berlaku,” kata David Lau, juru bicara Kepala Rabbi Israel. Para ulama Islam menganggap situs itu juga amat penting bagi pengamat agama Yahudi (Yudaisme). Namun, hingga sekarang kaum Yahudi tetap tegak berdiri meski pun tanpa Kuil Gunung atau Yerusalem. “Tempat ini memang khusus sebagai rumah umat Islam bersembahyang, yang selama 14 abad tanpa terputus. Kami umat Islam tidak boleh menyerah pada keinginan dan mitos Yahudi tersebut,” kata Ikrema Sabri, Imam Masjid Al-Aqsa (ba,tjs/ic)

Kategori: SYIAR ISLAM
Topik populer pada artikel ini:

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.