Jakarta, (LINGGA POS) – Pembahasan untuk pengembangan Blok East Natuna dinilai mengalami kemajuan signifikan. Kontrak Kerja Sama (KKS) atau Production Sharing Contract (PSC) blok tersebut diharapkan dapat ditandatangani oleh para pihak pada tahun ini juga (2014). Pengelola Blok East Natuna tersebut adalah PT Pertamina (Persero) bersama mitra kerja yaitu ESSO Natuna Ltd, Total E & P, serta PT TEP Thailand. “Kami berharap (KKS) ditekan tahun ini. Ini (pembahasannya, red) sudah majulah dari yang kemarin-kemarin,” ujar Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edy Hermantoro, dikutip dari situs Kementerian ESDM, Jumat, minggu lalu. Edy mengatakan, pemerintah dan konsursium yang dipimpin PT Pertamina (Persero), masih melakukan pembahasan mengenai insentif fiskal yang akan diberikan untuk blok tersebut. Namun, mengenai perincian insentif tersebut, belum ada dapat disampaikan pemerintah pada saat ini. Demikian pula mengenai bagi hasil antara pemerintah dan kontraktor. Pemerintah berharap pengembangan Blok East Natuna dapat segera dilakukan untuk menggantikan blok migas lainnya. Untuk produksi gasnya, diperkirakan akan mengalami penurunan mulai 2018. Menurut Edy, meski sudah ada Blok Masela yang produksinya diperkirakan mulai 2018, namun pemerintah tetap menganggap penting Blok East Natuna dapat dikembangkan secepatnya,demi ketahanan energi nasional.
MULAI PRODUKSI PADA 2024.
Secara teknis, Blok East Natuna akan memakan waktu sekitar 10 tahun sampai dapat diproduksi. Jika kontrak ditandatangani tahun ini, maka blok baru itu akan mulai berproduksi pada 2024. “Lamanya waktu pengembangan ini, karena Blok East Natuna memiliki kandungan gas C02 sebesar 71 persen. Cadangan potensialnya diperkirakan sebesar 57 TCF dan siap disertifikasi sebesar 29 TCF,” terangnya. Blok East Natuna disebut-sebut akan menjadi produsen gas terbesar di Indonesia karena memiliki cadangan potensial sebesar 57 triliun kaki kubik. (pi/sn)
Loading ...