BUMI KRITIS PADA TAHUN 2020?

Jakarta (LINGGA POS) – Populasi manusia di seluruh dunia saat ini diperkirakan sekitar 7,2 miliar jiwa. PBB memprediksi jumlah populasi manusia bakal mencapai 9,6 miliar jiwa pada 2050. Jumlah itu dinilai membengkak tak sebanding dengan kapasitas produksi pangan saat ini. Manusia berada diambang kepunahan jika tak segera beradaptasi dan mengatasi masalah pangan dan lingkungan. Gilles Boeuf, profesor biologi kelautan dari College de France mengatakan, manusia bakal punah karena tak mampu mengatasi masalah yang diciptakannya sendiri. “Penyebab manusia punah bukan karena meteorit jatuh, tapi apakah manusia mampu beradaptasi terhadap dirinya sendiri,” kata Boeuf, dikutip dari Tempo (23/4). Selama ribuan tahun, manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Namun, dia ragu manusia bisa bertahan dengan kondisi lonjakan populasi yang drastis. “Di masa lalu bisa beradaptasi karena jumlah penduduk bumi tak seperti sekarang. Sekarang sudah mencapai 7,2 miliar jiwa,” ungkap Boeuf, yang juga menjabat Presiden Museum Nasional Sejarah di Paris, Prancis.

EKSPLOITASI BERLEBIHAN.

Saat ini manusia menghadapi krisis ekonomi, finansial dan ekologi sekaligus. Aktivitas manusia yang mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan mencemari lingkungan membawa dampak buruk bagi kelestarian alam dan keanekaragaman hayati. Kondisi ini tentu sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup beragam spisies, termasuk manusia. Laporan darMillennium Ecosystem Assessment pada 2005 menunjukkan laju kepunahan spisies melonjak 300 kali lebih cepat dibanding laju evolusi di masa lalu. Beberapa ilmuan memprediksi bumi akan mengalami masa kritis pada 2040. “Namun menurut saya, masa itu (kritis) akan terjadi pada 2020 mengacu pada skema pengurangan emisi karbon yang dianut negara-negara saat ini, tahun 2020 akan menjadi tolok ukurnya,”tegasnya.

MUSUH UTAMA, WAKTU.

Waktu, menurut dia adalah musuh utama untuk berhadapan dengan masalah ekologi, geologi, paleontologi dan evolusi. Waktu 100 tahun tergolong cepat dalam skala evolusi, tapi panjang bagi hidup manusia. “Dalam waktu 100 tahun, hutan di Kalimantan seluas 88 juta kilometer persegi mungkin akan hancur,” kata Bouef. Karena itu menjaga keanekaragaman hayati adalah cara penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup.”Ajarkan pentingnya biodiversitas pada anak-anak sejak usia 4-5 tahun. Mereka akan tumbuh jadi generasi yang menghargai alam,” imbuhnya. Pemerintah Indonesia perlu menyisihkan dana untuk pelestarian lingkungan. Buat anggaran untuk melakukan riset sendiri, jangan menunggu dari pihak asing, pesannya. (gwt,msh/t)i

Kategori: IPTEK Tags: , , , ,
Topik populer pada artikel ini:

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.