Khazanah Melayu : ASEAN DORONG BAHASA MELAYU JADI BAHASA ILMU PENGETAHUAN

Batam, LINGGA POS – Hasil Kongres tujuh negara Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Kamboja dan Laos yang ditaja di Kota Batam, Kepulauan Riau, Minggu (14/6) mendorong agar Bahasa Melayu menjadi bahasa pengetahuan. Dalam kongres yang dipimpin oleh Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau bersama budayawan Kepri Samson Rambah Pasir menampilkan pembicara Prof Zainal Abidin Borhan, Prof Dr Mahsun, Dr Abdul Latif, Dr Hamiding Sanur, Dr M. Noh Dafi, Aswandi Syahri, Ahmad Dahlan dan Dr Zan Musa.   Wali Kota Batam Ahmad Dahlan yang juga penulis buku Sejarah Melayu, mengatakan Bahasa Melayu adalah bahasa ke empat yang paling banyak digunakan di dunia setelah Bahasa Mandarin, Bahasa Inggris dan Spanyol. Karena itu sudah selayaknya Bahasa Melayu menjadi bahasa pengetahuan. Lanjut Dahlan, saat ini penutur Bahasa Melayu di dunia sekitar 300 juta. “Empat negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura secara resmi menggunakan Bahasa Melayu sebagai Bahasa Nasionalnya,” ungkapnya. “Ianya (Bahasa Melayu) bisa menjadi bahasa internasional,” tambahnya.   Al Azhar dalam paparannya mengungkapkan kekhawatirannya akan pengguna Bahasa Melayu yang dinilai semakin tergerus dengan bahasa Inggris dalam pengantar ilmu pengetahuan. Banyak ilmuan lanjut dia lebih ‘pede’ jikam menggunakan bahasa Inggris. “Padahal kata-kata yang mereka gunakan memiliki padanannya dalam Bahasa Melayu,”kata Azhar. Dia berpendapat untuk menjadikan Bahasa Melayu sebagai bahasa internasional tidaklah cukup hanya berdasarkan dari jumlah penuturnya.   Hal yang sama diungkapkan Ketua Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena) Malaysia, Dato Zainal Abidin Borhan. Kata dia Bahasa Melayu sebagai bahasa pengetahuan sempat redup di negara Melayu itu karena pemerintahnya sendiri lebih mendorong pengajar menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar ilmu pengetahuan. “Padahal, anak-anak akan lebih memahami jika bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa ibu mereka,” katanya. Namun, berkat perjuangan yang tak pernah henti dari para pemerhati kebudayaan di Malaysia, lanjutnya, sejak beberapa tahun terakhir pengguna Bahasa Melayu sebagai bahasa pengetahuan sudah mulai ditingkatkan kembali. (ph,ant,l6)

Kategori: LINGGA Tags: , , ,
Topik populer pada artikel ini:

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.