Daik, LINGGA POS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lingga melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga bersama Lembaga Adat Melayu (LAM) lingga menggelar kegiatan tradisi budaya Mandi Safar, Rabu (23/10) yang dipusatkan di halaman Balai LAM Lingga. Sejatinya kegiatan Mandi Safar ini setiap tahunnya dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Safar 1441 Hijriah dan tahun ini mengusung tema ‘Dari Lingga untuk Kepulauan Riau dan Indonesia’. Adapun rangkaian kegiatan dimulai dari Masjid Sultan Lingga, Daik dengan melakukan pawai budaya bersama murid-murid TK Daik dan sekitarnya bersama dengan kendaraan bermotor dan mobil menuju ke pusat kegiatan di halaman Balai LAM Lingga.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut para Ketu LAM Lingga, Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang, para OPD dijajaran Pemkab Lingga, PKFD, tokoh masyarakat dan undanganl lainnya. Menurut Sekda Lingga Juramadi Esram yang mewakili Bupati Lingga tradisi Mandi Safar yang telah diakui dan tercatat di Kemendikbud RI sebagai salah satu Warisan Budaya tak Benda (WBtB) mengandung kearifan lokal dan perlu dilestarikan. “Mandi Safar adalah tradisi Melayu Lingga yang intinya mengandung kearifan dengan harapan dan doa untuk menolak bala dan bencana serta juga untuk mengintropeksi diri agar kita semua bisa menjaga dan mencintai alam,” kata Esram. Pemkab Lingga lanjut dia, berazam bahwa tradisi ini tidak hanya untuk dilestarikan tetapi ke depannya akan menjadi salah satu wisata budaya di Lingga. Dalam prosesi kegiatan Mandi Safar yang digelar secara simbolis dimana sebanyak 11 murid TK dimandikan olehb para petinggi adat, pejabat dan tetamu yang hadir secara bergantian dari air yang ada di wadah tempayan. Tempaya tersebut berhiaskan anyaman dari daun kelapa dengan berbagai bentuk hiasan seperti burung yang melambangkan kasih sayang, ikan (penyesuaian dan adaptasi), kerbau (kekuatan), ketam atau kepiting (kecermatan dan keuletan), keris (keperkasaan dan ketegaran) dalam satu ikatan di tempayan yang juga melambangkan persatuan. (syk/lk)