Dabo, Lingga Pos – Beberapa orang pengojek duduk santai di pelabuhan laut Dabo,Singkep,sambil menghabiskan waktu duduk di atas jok kendaraan roda duanya. Entah apa yang dibicarakan sementara puntung rokok bergelimpangan di tanah ditingkah suara ombak menghempas batuan karang penyangga abrasi dikitaran sepanjang pelabuhan sekitar 2 Km dari bibir pantai.
“Sepi tak ada yang menumpang dari pagi tadi,”ujar Raji’i, 55, pengojek yang biasa mangkal. “Nanti sore baru ada kapal dari Jambi,” tambahnya saat ditemui Lingga Pos, Selasa(2/11).
Memang, para pengojek ini sudah sejak beberapa tahun lalu hanya mengandalkan pendapatan dari aktivitas kapal (KM) rute Dabo-Jambi yang umumnya adalah kapal angkut barang kebutuhan pokok, sayur, bahkan bahan-bahan bangunan dari Jambi untuk kosumsi Dabo Singkep dan Lingga umumnya dan tentu saja bukan khusus kapal penumpang. Mereka sangat berharap agar kapal jurusan Dabo-Tg Pinang seperti Mv Batavia dan Super Jet dapat kembali sandar atau membawa penumpang dari dan ke Tg Pinang melalui langsung pelabuhan laut Dabo dan tidak lagi via pelabuhan Jagoh.
Dari pantauan Lingga Pos kondisi sarana dan prasarana di pelabuhan laut cukup memadai. Pelabuhan yangdulumya merupakan pelabuhan bongkar muat bijih timah milik PT Tambang Timah (Persero) Unit Dabo Singkep yang tutup pada 1991. Jalur Dabo-Tg Pinang sempat di buka hanya 2 kali saja pada lebaran 2008 dan kemudian tetap menggunakan jalur Jagoh-Tg Pinang sampai saat ini. Pikak terkait beralasan terjadi pendangkalan di perairan laut padahal kapal-kapal bertonase 500 ton leluasa sandar di pelabuhan ini. “Kalau kapalnya sandar di sini kami dapat terbantu, lagi pula kasihan warga yang tak mampu harus menambah Rp 30 ribu lagi untuk transpor ke Jagoh,”jelas Safri warga Kampung Telex, Dabo Singkep.(ph.)