2011: di Antara Mesin Waktu dan Puisi Amir Hamzah

Dabo, LP (Menyongsong pergantian waktu)

Lalu waktu-bukan giliranku/Mati hati-bukan kawanku.

Penggalan bait sajak dengan judul PadaMU Jua dari kumpulan sajak Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah, ini tak habis-habisnya dikagumi dan juga ditafsirkan. Sebagian menduga sajak atau puisi ini lahir karena sang penyair kecewa dengan asmara pria-wanita lalu menemukan cinta sejatinya pada Tuhan. Perihal baris yang ditulis di atas, Amir Hamzah seolah berada di luar keberuntungan, di luar peristiwa dan juga di luar waktu. Tapi ini akan lebih kompeten diulas pakar sastra.

Dalam kaitan iptek, menjelang berakhirnya tahun 2011, WAKTU mungkin topik yang lebih relevan. Kita tahu, dalam konteks ilmu kealaman, 7 atau 8 dekade, boleh jadi belum ada satu kedipan mata. Maklum saja, skala waktu geologi mencakup masa jutaan, bahkan miliaran tahun karena bumi sendiri telah berumur sekitar 4,5 miliar tahun. Bicara waktu untuk kosmos atau alam semesta malah lebih menggetarkan karena menjangkau sedikitnya 13 miliar tahun.

Dalam kurun yang jauh melampaui rentang waktu hidupnya, manusia yang cerdas dan terus mendedikasikan tenaga, waktu dan pikiran untuk memahami rahasia alam telah dapat kembali ke masa jauh, miliaran tahun silam. Bahkan, kalau umur kosmos disebut 13 miliar tahun, dengan berbekal ilmu fisika kuantum, manusia dapat mereka ulang kejadian-kejadian di dekat masa itu, bukan saja satu detik, tetapi bahkan seperjuta-triliun-triliun-triliun detik.

Kategori: KOLOM Tags: , ,
Topik populer pada artikel ini:

Berikan Komentar

Kirim Komentar

Bookmark dan Bagikan

Lingga Pos © 2019. Hak Cipta dilindungi undang-undang. Powered by Web Design Batam.